SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA MASSA DARI MASA KE MASA

 

 

 

 

1. Sejarah Media Massa

Sejak awal, para ahli komunikasi tidak sependapat dengan model komunikasi yang ditawarkan karena model-model ini tidak memasukkan media sebagai sesuatu yang penting dari tiga dimensi tersebut, akibatnya para ahli komunikasi yang muncul sekitar tahun 1960-an mengkritisi dan memperbaiki model komunikasi dengan mengikutsertakan media.1 Pada umumnya, para ahli yang di kritik lantaran tidak memasukkan media dalam analisis model komunikasi berasumsi bahwa proses komunikasi manusia dilakukan secara artifisial melalui saluran penyuaraan pesan (vokalisasi), bahasa isyarat (gestures), terkadang pula melalui tulisan dan tulisan. Pada tahapan ini, kita patut berutang pada orang Roma dengan bahasa Romawi kuno karena telah mengurai “komunikasi” dari akar kata communicare yang pada masa ini dipahami sebagai sistem pos terpusat untuk mengendalikan rangkaian subsistem berperan menyebarluaskan informasi dari pusat kekaisaran Romawi ke pelbagai penjuru provinsi yang tersebar luas di bentangan Eropa hingga ke Timur Tengah.


Sekurang-kurangnya ada empat catatan historis tentang perkembangan media, yakni yang pertama, era masyarakat tribal (the tribal age). Di era ini, komunikasi media dimediasi melalui komunikasi lisan (oral communication) karena masyarakat umumnys terikat dengan budaya lisan (oral culture) sehingga yang berperan di sini ialah storytelling yang mengandalkan keterlibatan pemikiran intuitif dan holistis. Ada empat karakteristik komunikasi lisan, yaitu: 

1. Mengandalkan emosi di saat berkomunikasi lisan, terutama pada waktu mendengarkan (sense of hearing), diiringi rangkulan tangan serta di kening atau hidung, dan selalu berusaha menciptakan suasana batin yang aman. 

2. Komunikasi antarpersonal sangat mengutamakan keterlibatan (encourages high involvement), misalnya menyatakan sikap simpati dan empati kepada sesama. 

3. Memotivasi pendengar bahwa apa yang diceritakan itu penting (importance of stories). 

4. Komunikasi selalu memperhatikan interaksi personal (personal interaction and attention).  

Kedua, era masyarakat tulis (the age of literacy). Di era ini, komunikasi manusia dimediasi oleh tulisan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip bangunan logika. Ada empat karakteristik dari era masyarakat tulis, yakni: 

1. Sangat didominasi oleh komunikasi visual. 

2. Mendorong permenungan pribadi ketimbang melibatkan kelompok. 

3. Memperkenalkan logika, cara berpikir linear. 

4. Matematika, sains, filsafat. 

Ketiga, era percetakan (the print age). Di era ini, komunikasi antarmanusia menekankan pada cetakan visual yang berpusat pada galaksi Guttenberg. Di sini peranan mata sangat dominan, cara berpikir linear, status sains semakin diperhitungkan, serta munculnya sikap individual. Karakteristik era ini berkaitan dengan: 

1. Penyebarluasan visualisasi secara bebas. 

2. Melakukan konversi tulisan perorangan ke teknik cetakan. 

3. Standardisasi bahasa nasional sebagai syarat membangun nasionalisme. 

4. Mempertahankan prototipe revolusi industri.

Keempat, era elektronika (the electronic age), yang menekankan pada image visual. Era ini d awali dengan terbentuknya kesadaran dan pengalaman hidup dengan prinsip global village. Pada era ini, televisi merupakan media yang sangat dominan karena melibatkan semua sensori manusia (persepsi, sikap, stereotip, pikiran, perasaan, emosi, tindakan) yang mendorong warga masyarakat ke retribalization, serta memudarnya logika dan cara berpikir linear. Ada empat karakteristik era ini: 

1. Bertumbuhnya global village. 

2. Kehadiran cool medium seperti televisi yang secara spontan menawarkan hakikat lingkungan, serta retribalisasi kemanusiaan (perhatikan film-film horor, mitos). 

3. Pengaruh media semakin kuat sehingga para penonton menjadi pasif. 

4. Peralihan cara berpikir dari linear ke lokal. 

Sebenarnya media massa merupakan istilah yang digunakan untuk mempertegas kehadiran suatu kelas, seksi media yang dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai audiens yang sangat besar dan luas (yang dimaksudkan besar dan luas adalah seluruh penduduk dari suatu bangsa/negara). pengertian media massa ini makin luas penggunaannya sehubungan dengan lahirnya percetakan oleh Guttenberg di abad pertengahan dan disusul oleh penemuan radio yang melintasi lautan Atlantik pada 1920, terakhir dengan perkembangan jaringan radio, televisi, meluasnya sirkulasi surat kabar dan majalah serta internet yang berhubungan dengan massa. Lantaran adanya masyarakat massa dengan budaya massa itulah media massa sering mengabaikan keberadaan individu dalam masyarakat yang dianggap hanya sebagai “atomisasi” yang tidak mempunyai koneksi sosial di antara anggota massa. Kelompok mengambang inilah yang tak mempunyai karakter tertentu sehingga mudah dijadikan sebagai sasaran tembak media massa modern melalui teknik periklanan dan propaganda.

Kini kemajuan teknologi komunikasi, semakin banyak orang menggantungkan hidup pada media sehingga teknologi media sangat mempengaruhi audiens, misalnya dalam teori technological determinism yang diperkenalkan oleh Marshall McLuhan. Kata teori ini, keyakinan bahwa pengembangan teknologi sangat menentukan perubahan sosial dan kultural, karena teknologi ini menerpa kita dari segala penjuru. Media seolah mendorong rasio dari perasaan kita untuk bagaimana mengalami dunia. Marshall McLuhan membagi dua jenis media dalam suatu kategori yang bersifat binary yang dia sebut hot media dan cool media yang jika diletakkan di atas skala, amak ada dikotomi di antara media-media tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Understanding Media, McLuhan mengemukakan pendapat bahwa kita dapat membagi media berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap audiens, dan tingkat partisipasi audiens terhadap media, dan karena itu pula, maka audiens memilih media yang paling mereka suaki. McLuhan membagi dua tipe media yakni: 

1. Hot media, adalah media yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap manusia melalui sensorisnya, bahkan hanya menggunakan satu sensoris atau sensoris tunggal saja seperti melalui cahaya/mata dan suara/telinga. Intinya pada hot media selalu melibatkan sensoris tunggal tanpa mempertimbangkan stimulus. Menurut McLuhan, jenis media seperti ini sering mempunyai kekuatan perusak (destructive strength), misalnya kapak batu (catatan: hasil riset McLuhan terhadap sejarah media), yang mengawali media lainnya seperti penulisan, alfabet fonetik, buku, fotografi, radio, dan film (movie) yang dapat digolongkan ke dalam jenis hot media ini. jenis media ini selalu berisi jumlah informasi yang sangat perinci sehingga audiens harus meningkatkan konsentrasinya untuk mengakses pesan bagi keperluan mereka. 

2. Cool media, adalah jenis media yang selalu melibatkan lebih sedikit stimulus. Ketika audiens mengakses media ini, maka mereka harus berusaa lebih aktif untuk berpartisipasi misalnya dengan memanfaatkan semua sensoris secara serentak agar memahami semua informasi yang mereka terima. Jenis cool media antara lain televisi, forum seminar, film kartun, telepon, karikatur.

Media massa telah merasuk ke dalam kehidupan modern. Tokoh politik menghabiskan sebagian besar dana kampanyenya melalui iklan televisi untuk menjaring pemilih. Pengaruh media massa sangat menakjubkan, coba saja renungkan :

1. Melalui media massa kita mengetahui hampir segala sesuatu yang kita tahu tentang dunia di luar lingkungan kita. 

2. Warga yang berpengetahuan (informed) dan aktif sangat mungkin terwujud di dalam demokrasi modern hanya jika media massa berjalan dengan baik. 

3. Orang membutuhkan media massa untuk mengekspresikan ide-ide mereka ke khalayak luas. Tanpa media massa, gagasan kita hanya akan sampai ke orang-orang sekitar saja. 

4. Negara-negara kuat menggunakan media massa untuk menyebarluaskan ideologinya dan untuk tujuan komersial. Media massa adalah alat utama para propagandadis, pengiklanan, dan orang-orang semacam itu.

Inti dari fungsi media adalah sebagai penyampai pesan informasi adalah berita (news). Para wartawan atau jurnalis sendiri tidak selalu sepakat tentang definisi dari berita. Salah satu definisi yang berguna adalah berita merupakan laporan tentang sesuatu yang ingin atau perlu diketahui orang-orang.6 Ada beberapa media yang memang sangat dekat dengan masyarakat yakni koran, majalah, dan internet. Tembusan berita sangat cepat sampai kepada masyarakat lewat media tersebut.

1. Koran 

Koran adalah medium massa utama bagi orang untuk memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tak ada sumber berita yang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran. Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran. Industri koran mengungguli media berita lain di hampir segala aspek. Satu dari tiga orang Amerika memiliih membaca koran setiap hari, jauh lebih banyak ketimbang orang yang menonton berita televisi sore hari.datangya cukup mengejutkan, sekitar 1.570 koran harian menerbitkan 52,4 juta eksemplar setiap harinya, dan belum termasuk koran mingguan. Karena setiap eksemplar diberikan rata-rata 2,2 orang maka koran-koran harian itu sampai ke 116 juta pembaca setiap harinya. Dan koran mingguan mengeluarkan 50 juta eksemplar. Dengan demikian perkiraan sirkulasi itu sampai keempat orang per eksemplar, maka koran ini menjangkau sekitar 200 juta orang setiap minggunya.

Dengan menurunnya sirkulasi, koran harian menghadapi tantangan besar. Bahkan sirkulasi edisi Minggu yang menyemangati industri ini juga mulai turun. Pendapatan advertising juga sedang mengalami transisi. Efisiensi dilakukan melalui pembagian berita dan fasilitas produksi dan tindakan penghematan lainnya. Pada Masa Depresi 1930-an, ketika hampir semua sektor ekonomi turun, koran adalah salah satu di antara sedikit bisnis yang tetap menguntungkan di abad ke-20. Bahkan meski sirkulasi sedikit turun, dari 62,8 juta menjadi 52,4 juta pada tahun 1988, industri ini tetap meraup laba. Kebanyakan perusahaan rantai bisnis koran yang besar, yang menguasai hampir semua harian, melaporkan meraup untung kisaran 20 peresen.8 Pada tahun 1990-an koran mulai masuk ke dunia internet dengan situs berita. Pelan-pelan, koran menjual ruang online untuk pengiklan yang mungkin juga sudah beriklan di edisi cetaknya.

Koran Tempo Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di Indonesia. Pemiliknya adalah PT Tempo Inti Media Harian. Tempo sebelumnya dikenal dengan Majalah Temponya. Ia pertama kali diterbitkan pada 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap hari.

 Media Indonesia Media Indonesia adalah sebuah surat kabar harian yang terbit di Jakarta. Tergabung ke dalam Media Group, sejumlah kalangan menganggap Media Indonesia sebagai surat kabar umum terbesar kelima di Indonesia setelah Koran Tempo. Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 9 Januari 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jalan Letnan Jenderal MT Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia. Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha. Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1987 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama. Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jalan Gondandia Lama Nomor. 46 Jakarta. Awal tahun 1993, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jalan Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi, Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan. 

 

Sejarah panjang serta motto Pembawa Suara Rakyat yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun. Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Terjun pertama kali dalam industri pers tahun 1985 dengan menerbitkan harian Prioritas. Namun Prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara Prioritas dengan Media Indonesia memang ada Benang Merah, yaitu dalam karakter kebangsaannya. Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.

2. Majalah Majalah telah mengungguli media lain dengan inovasi yang signifikan dalam jurnalisme, advertising dan sirkulasi. Inovasi itu mencakup laporan investigasi, profil tokoh secara lengkap, dan foto jurnaslisme. Muckraking (pengungkapan kebobrokan), yang sekarang biasa disebut investigasi reporting, dikembangkan oleh majalah sebagai pendekatan jurnalistik di tahun-tahun pertama abad ke-20. Majalah memuat eksplorasi panjang tentang institusi yang menyeleweng di dalam masyarakat. Adalah Theodore Roosevelt, presiden reformis, yang menciptakan istilah muckraking. Roosevelt menyukai jurnalisme investigasi umum, tetapi suatu hari pada tahun 1960, saat sebuah penggalian terlalu dekat dengan rumahnya, dia menamakannya dengan tokoh di novel abad ke-17 yang terlalu fokus pada pembuangan kotoran sehingga dia lupa pada kabar baik. Sang presiden menggunakan istilah itu sebagai ejekan, tetapi kini menjadi lencana kehormatan bagi jurnalis.

Di bawah ini merupakan beberapa media yang menjadi objek dari penelitian ini.  

-Tempo 

Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliput berita dan politik dan diterbitkan oleh PT Tempo Inti Media Tbk.. Majalah ini merupakan majalah pertama yang tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah. Edisi pertamanya diterbitkan pada 6 Maret 1971 dengan Goenawan Mohamad sebagai Pemimpin Redaksi. Terbitnya edisi tersebut tidak bisa lepas dari peran prakarsa sekumpulan anak muda di tahun 1969, antara lain yaitu Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Christianto Wibisono dan Usamah, dan awalnya majalah itu bernama Ekspres.[4] Namun dikarenakan adanya perbedaan prinsip antara jajaran redaksi dan pihak pemilik modal utama, makaGoenawan dan kelompoknya keluar dari Ekspres pada tahun 1970

Dalam waktu yang kurang lebih sama, Harjoko Trisnadi sedang mengalami masalah. Majalah Djaja, milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) , yang dikelolanya sejak 1962 macet terbit. Menghadapi kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, meminta agar Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya Raya, sebuah yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI. Lalu terjadi rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya, yang dipimpin Ir. Ciputra orang-orang bekas majalah Ekspres, dan orang-orang bekas majalah Djaja. Disepakatilah berdirinya majalah Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya. Dan pada tahun 1971, dengan peran serta dari Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, dan Bur Rasuanto, Goenawan yang kemudian dianggap sebagai "pendiri", menerbitkan majalah Tempo untuk pertama kalinya. Pemakaian nama Tempo, tidak lepas dari saran dari para pengecer. Dimana kata ini mudah untuk diucapkan dan memiliki jarak penerbitan yang cukup longgar, yakni mingguan. Selain itu, namanya, dianggap mirip-mirip dengan majalah terkenal dari Amerika, Time. Dengan rata-rata umur pengelola yang masih 20-an, ia tampil beda dan diterima masyarakat. Dengan mengedepakan peliputan berita yang jujur dan berimbang, serta tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik dan jenaka, majalah ini diterima masyarakat.

Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya majalah ini dibredel, karena dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tapi akhirnya diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam "janji" di atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu ( zaman Soeharto ada Departemen Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers). Makin sempurna mekanisme internal keredaksiannya, makin mengental semangat jurnalisme investigasinya. Maka makin tajam pula daya kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian melumut. Puncaknya, pada Juni 1994, untuk kedua kalinya majalah ini dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko. Ia dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal kapal bekas dari Jerman Timur. Laporan ini dianggap membahayakan "stabilitas negara", dimana laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap impor oleh Menristek BJ Habibie. Sekelompok wartawan yang kecewa pada sikap Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang menyetujui pembredelan Tempo, Editor, dan Detik, kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di Tempo -dan tercerai berai akibat bredel- berembuk ulang. Mereka bicara ihwal perlu-tidaknya majalah Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali. Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdanago public dan menjual sahamnya ke publik dan lahirlah PT Tempo Inti Media Tbk. (PT.TIM) sebagai penerbit majalah Tempo -yang baru.- Pada tahun yang sama (2001), lahirlah Koran Tempo yang berkompetisi di media harian.

 

Gatra 

Gatra adalah sebuah majalah berita mingguan yang diterbitkan di Indonesia sejak tahun 1994. Banyak anggota majalah TEMPO yang baru saja dibredel saat itu kemudian menjadi anggota pendiri majalah ini. Didirikan oleh pengusaha yang dekat dengan rezim Orde Baru, Bob Hasan, majalah ini dikenal propemerintah saat pemerintah Orde Baru masih berkuasa. Seperti TEMPO, format sampulnya juga meniru sampul majalah TIME dengan garis merah di sepanjang sisi.

Internet 

Internet muncul sebagai medium besar kedelapan dengan banyak isi, terutama melalui web coding, yang melebihi media tradisional dalam banyak hal. Dari serangkaian teknologi baru yang memusingkan, internet muncul di pertengahan 1990-an sebagai medium massa baru yang amat kuat. Ia merupakan jaringan kabel dan telepon dan satelit di planet ini yang memiliki komputer bisa masuk ke jaringan. Dengan beberapa kali mengklik tombol mouse kita akan masuk ke lautan informasi dan hiburan yang ada di seluruh dunia.15 Kendati dalam bebrapa hal internet mirip dengan medium massa tradisional yang mengirim pesan dari titik transmisi sentral, tetapi internet lebih dari itu. Penerima pesan bisa mengklik hampir seketika dari satu sumber ke sumber lain dari katalog L. L. Bean ke film Disney ke US Today. Perbedaan lain dari media massa adalah internet bersifat interaktif. Internet punya kapasitas untuk memampukan orang berkomunikasi, bukan sekadar menerima pesan belaka, dan mereka bisa melakukannya scara real time

Setiap perusahaan media massa besar menempatkan produknya di internet. Ribuan perusahaan baru membangun jaringan di internet. Teknologi ini sangat langsung dan aksesnya murah sehingga jutaan individu bisa membuat situs milik sendiri. Signifikansi internet dapat diukur dengan cara melihat orang-orang yang tidak lagi membaca koran edisi cetak dan lebih memilih membaca melalui edisi internet. Bebrapa situs berita diperbarui secara terus-menerus. Hampir semua majalah dan koran AS punya situs internet, dari New York Times yang besar dan canggih sampai koran lokal di daerah pelosok.17 Hal ini telah menggambarkan bahwasanya internet sudah merajai dunia media massa. Kecanggihan dari internet sendiri yang menguasai dunia. Semua orang mengakui hal tersebut, dan hampir di seluruh dunia lebih memilih internet sebagai ganti dari media massa cetak.


Komentar